Kuliah lapangan Earthquake Disaster Risk Reduction

Kuliah lapangan mata kuliah Earthquake Disaster Risk Reduction di laksanakan pada Sabtu, 5 Mei 2018 dengan total peserta 7 orang ( 5 mahasiswa dan 2 dosen).

Dosen pembimbing kuliah lapangan adalah:

  1. Prof. Dr. Ir. Subagyo Pramumijoyo, DEA.DIP.HRD.
  2. Gayatri Indah Marliyani

Rombongan Berangkat jam 07.00 pagi. berbagai situs yang dikunjungi adalah sebagai berikut:

  1. Tebing breksi (sleman, Yogyakarta) : mengamati Potensi rock fall melalui bidang kekar/sesar,
  2. Gantiwarno: mengamati dampak kerusakan akibat gempa Yogya 2006 dan efek sedimen lama terhadap amplifikasi gelombang gempa
  3. Bayat (klaten): Melihat patahan yang telah lalu,
  4. Rawa Jombor(Klaten): Tempat diendapkan material yg halus.

 

Kuliah Lapangan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor di Kab Magelang

Program Studi MTPBA Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan melaksanakan kegiatan fieldtrip pada 7 Mei 2018 yang merupakan bagian dari perkuliahan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor. Lokasi fieldtrip kali ini mengambil tempat di daerah Kabupaten Magelang yang telah diidentifikasi berpotensi terjadi gerakan tanah.

Peserta fieldtrip adalah mahasiswa dari program studi MTPBA dengan konsentrasi bencana kegempaan sebanyak 5 (lima) orang, ditambah mahasiswa dari program studi MTSB sebanyak 6 (enam) orang yang didampingi oleh dosen pengampu Prof. Faisal Fathani.
Perjalanan fieldtrip diawali dengan melakukan koordinasi di kantor BPBD Kabupaten Magelang, bersama dengan perwakilan dari BPBD, Tim Penilai dari BSN (Badan Standar Nasional), dan peserta fieldtrip. Setelah diskusi singkat, rombongan melanjutkan perjalanan ke lokasi pemasangan alat mitigasi bencana longsor di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Di Kecamatan Salaman terdapat 2 (dua) titik pemasangan alat mitigasi bencana longsor, yaitu di Dusun Kalisari Desa Margoyoso; dan Dusun Palungan Desa Sidosari.

Di kedua lokasi tersebut, Prof. Faisal bersama dengan Bapak Ikhwan (Tim Gama Multi) sedikit menjelaskan mengenai SNI tentang sub-sistem Sistem Peringatan Dini termasuk instrumen yang digunakan sebagai mitigasi bencana longsor. Di kedua lokasi tersebut pula, peserta fieldtrip diperkenalkan kepada Tim Siaga bencana longsor yang beranggotakan masyarakat di masing-masing dusun. Kelompok masyarakat tersebut merupakan tim kesiapsiagaan yang dipilih untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah daerah (BPBD) dan membantu masyarakat lainnya ketika petunjuk instrumen dari sistem peringatan dini memberikan sinyal bahaya pada tingkat level tertentu.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Flood and Debris Flow (FDF)

Program studi MTPBA melakukan kunjungan lapangan kembali dalam rangkaian salah satu mata kuliahnya.

Pada tanggal 21 Februari 2018, dipimpin oleh Kepala Prodi MTPBA sekaligus dosen pengampu mata kuliah Flood and Debris Flow (FDF), Dr. Adam Pamudji, rombongan mahasiswa dengan konsentrasi kebencanaan air yang berjumlah 8 (delapan) orang melakukan kunjungan lapangan dengan ke Sungai Opak di Kabupaten Bantul. Dalam kunjungan lapangan ini, mahasiswa juga didampingi oleh Kepala Departemen Teknik SIpil dan Lingkungan yang juga sebagai dosen mata kuliah Drought, Flood, and Debris Flow Disaster Risk Reduction (DDRR), Prof. Joko Sujono.

Sebelum menuju lokasi kunjungan lapangan, rombongan mahasiswa dan dosen terlebih dahulu berkoordinasi dan mendengarkan paparan singkat dari pejabat di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Kementerian PUPR, yang kebetulan langsung disampaikan oleh Kepala Balai, Ir. Tri Bayu Aji dengan didampingi oleh PPK Sungai dan Pantai yang menangani Wilayah Sungai (WS) Opak-Oyo. Secara singkat Kepala Balai menjelaskan mengenai kejadian banjir pada tahun 2015 yang pernah terjadi di hilir Sungai Opak dan banjir tahun 2017 akibat adanya siklon badai cempaka yang mengancam keberadaan bangunan yang berada di sepanjang sungai tersebut. Kepala Balai juga memberikan informasi mengenai rencana pengendalian banjir di wilayah tersebut untuk mengurangi kerusakan akibat daya rusak air.

Setelah mendapatkan penjelasan yang disampaikan oleh Kepala Balai, rombongan mahasiswa MTPBA melanjutkan perjalanan menuju lokasi lapangan yang mengalami erosi akibat banjir yang berada di hilir SUngai Opak, didampingi oleh PPK Sungai dan Pantai bersama tim teknisnya. Saat dilapangan, mahasiswa dapat melihat langsung lokasi terdampak banjir dan kondisi terkini pasca kejadian banjir pada November 2017 yang merubah morfologi Sungai Opak di bagian hilir. Pihak BBWS Serayu Opak juga menunjukkan lokasi rencana pembangunan bangunan pengendali banjir yang berupa groundsill dan krib untuk mengurangi daya rusak air terhadap bangunan yang berada di hilirnya.

Lokasi kunjungan lapangan terakhir kali ini yaitu ke Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul untuk mendapatkan informasi dan penjelasan mengenai proses penanggulangan dan mitigasi kejadian bencana, khususnya di Wilayah Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta. Kunjungan ke BPBD tersebut disambut langsung oleh Kepala BPBD, Bapak Dwi Daryanto yang selanjutnya mendapatkan penjelasan mengenai penanganan tanggap darurat bencana di Kabupaten Bantul oleh Manajer Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalop) BPBD, Bapak Aka Lukluk Firmansyah. Dalam paparannya, Bapak Firman menjelaskan bagaimana proses penanganan kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Bantul pada November 2017 dari awal sistem peringatan dini bencana sampai dengan tindakan tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana.


Kuliah Lapangan Mata Kuliah Coastal Zone Disaster Management

Yogyakarta, 25 November 2017. Field Trip yang merupakan salah satu rangkaian mata kuliah di MTPBA ini mengikutsertakan 24 mahasiswa dari 3 mata kuliah yang berbeda, yaitu 12 mahasiswa mata kuliah Wave and Tsunami, 7 mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster Management, dan 5 mahasiswa S2 T. Sipil pengairan (reguler). Prof. Radianta Triadmadja sebagai pengampu ketiga mata kuliah tersebut membawa serta seorang asisten sekaligus mahasiswa S3 program Doktoral.

Dalam fieldtrip kali ini, mahasiswa diajak melihat situasi dan kondisi lapangan langsung yang berada di selatan Yogyakarta, diawali dengan mengunjungi Pantai Kuwaru di Kabupaten Bantul. Di pantai tersebut Prof. Radianta menjelaskan tentang kejadian abrasi akibat gelombang pasang yang merusak beberapa bangunan di sepanjang pantai, selain itu dijelaskan juga salah satu penyebab terjadinya abrasi pantai yaitu karena suplai sedimen dari sungai yang masuk ke pantai berkurang sebagai pengaruh penambangan pasir di hulunya.

Lokasi selanjutnya yang dikunjungi yaitu Pantai Goa Cemara yang berada sekitar 5 km disebelah timur lokasi pertama. Di lokasi ini, Prof. Radianta menjelaskan terkait bagaimana proses longshore gelombang di pantai terjadi. Selain itu beliau juga menunjukkan kepada mahasiswa salah satu proses preparedness bencana tsunami, yaitu keberadaan vegetasi cemara serta keberadaan gumuk pasir (sand dunes).

Perjalanan Fieldtrip dilanjutkan menuju Pantai Parangtritis, dimana pada lokasi ini kunjungan dilaksanakan untuk melihat tiga lokasi perlindungan bahaya gelombang tsunami yang terletak di tiga titik perbukitan dengan ketinggian sekitar 30 mdpl. Lokasi tersebut yaitu, Makam Syekh Bela Belu, Makam Syekh Maulana Magribi, dan Tempat Pengungsian Bulak Mabul.
Lokasi Kunjungan terakhir dari Fieldtrip ini yaitu Pantai Drini yg terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi terakhir ini berada kurang lebih 60 km (1,5 jam perjalanan) disebelah Timur Pantai Parangtritis. Pada lokasi ini, Prof. Radianta bersama mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster melakukan uji coba terhadap lokasi di pantai yang diperkirakan terdapat Rip Current (arus berputar) dengan menggunakan metode sederhana menggunakan media plastik yg dilemparkan ke arah laut, untuk kemudian dilakukan observasi pergerakannya.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Field Training

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Field Training
Dosen pembimbing kuliah lapangan: Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D.
Peserta: mhs angkatan XVI/Agustus 2016

Kunjungan ke bantul bertujuan untuk meninjau lokasi banjir bandang diskitar kali opak. banjir bandang sebelumnya belum pernah terjadi di kawasan kali opak. bencana ini dipicu oleh adanya badai siklon cempaka.

Pengamatan dan kunjungan di fokuskan pada jembatan nambangan dan jembatan soka di kecamatan pundong yang mengalami kerusakan paling berat. jembatan gantung nambangan terbawa arus sungai yang meluap sampai ketinggian 18 meter dari dasar sungai.
banyak sekali perkebunan warga yg rusak di bantaran sungai. ketinggian luapan air sangat tinggi menyentuh tanggul. terjadi longsor pada bantaran sungai akibat arus air yg besar.

Tinjauan juga mencakup pengamatan pada perubahan struktur tanah di tepian sungai opak. tanah masih bertekstur lembut karena kandungan air pada tanah. Sisa jembatan nambangan yg masih terlihat adalah dua tiang yg masih berdiri dan beberapa tiang yg roboh. jembatan nambangan memiliki panjang 70m dari ujung ke ujung dengan struktur lantai jembatannya menggunakan plat lantai precast. tiap lantai precas memiliki panjang 10m dan lebar 1 m.

  

 

Kuliah Lapangan Vulkanologi Angkatan 2017

Pada 15 November 2017, pimpinan rombongan dan Dosen Pengampu mata kuliah Vulkanologi Dr. Ahmad Rifa’i mengikutsertakan mahasiswa MTPBA angkatan 2017 untuk melihat bentuk implementasi penanganan bencana gunung api langsung dilapangan. Field Trip diawali dengan kunjungan ke Kantor Sabo Training Center (STC) di Maguwoharjo Yogyakarta. Dalam kunjungan itu, rombongan disambut oleh PPK Penanganan Bencana Sedimen Ovi Anton Nugroho, S.Si, M. Eng bersama dengan Joko Cahyono dan Mr. Masaharu Mizoguchi yang merupakan konsultan Yachiyo Engineering.

Dr. Ahmad Rifa’i mengharapkan dalam kunjungan ini, mahasiswa mendapatkan bentuk implementasi ilmu mengenai Preventive Measure terkait penanganan bencana gunung api dengan studi kasus di Gunung Merapi. Selanjutnya, Joko Cahyono menjelaskan bahwa penanganan bencana gunung api salah satunya adalah dengan metode sabo system yang mana metode tersebut digunakan sebagai lahar control project.

Joko juga menyampaikan bahwa sabo system merupakan metode penanganan lahar gunung api yg dibawa oleh Jepang pertama kali di Indonesia pada tahun 1969 dan diterapkan pada Sungai Gendol pada tahun 1974. Mr. Mizoguchi menambahkan bahwa utk master plan penanganan sedimen Gunung Merapi telah mengalami beberapa perubahan (review) dari desain awal tahun 1980, kemudian diubah pada tahun 2001, dan terakhir pada tahun 2017. Perubahan terakhir didasarkan atas kejadian letusan Gunung Merapi yg terjadi pada tahun 2010 yang mengubah bentuk morfologi puncak Gunung Merapi dan mengalirkan lahar sampai dengan 15 km ke selatan melalui Kali Gendol. Dengan lingkup pekerjaan saat ini, diharapkan Sabo System pada masterplan tersebut dapat menampung sedimen lahar gunung merapi sebanyak 30% dr potensi sedimen lahar hasil perhitungan sekitar 2,1 juta meter kubik.

Di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, rombongan di sambut oleh salah satu pengelola sekaligus pengamat aktifitas Gunung Merapi, Usman. Usman menjelaskan sekilas bagaimana proses pengamatan aktifitas melalui rekaman alat, antara lain seismograf, thermal measurement, alat pengukur curah hujan, kamera pengawas, dan foto udara. Selain itu Usman juga menjelaskan bagaimana proses kejadian letusan Gunung Merapi saat 2010 yanlalu melalui rekaman seismograf, serta menjadi salah satu penentu peningkatan status kebencanaan Gunung Merapi.

Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa MTPBA Angkatan XVI

Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa MTPBA Angkatan XVI dilaksanakan pada :

Lokasi 1
Tanggal : 3-5 September 2017
Lokasi : Makasar (Bangunan sabo Bawakaraeng, waduk Bili-bili dan pembangunan waduk Nipa-nipa)
Peserta: 17 orang.
Dosen Pendamping : Dr. Ir. Istiarto, M.Eng., Dr. Ir. Adam Pamudji Rahaardjo, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Budi Wingyosukarto, DIpl.HE.

Lokasi 2
Tanggal : 6-8 September 2017
Lokasi : Ternate (Bangunan Sabo Gunung Gamalama, dan jetty pantai)
Peserta: 17 orang.
Dosen Pendamping : Dr. Ir. Istiarto, M.Eng., Dr. Ir. Adam Pamudji Rahaardjo, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Budi Wingyosukarto, DIpl.HE.