Kuliah Lapangan Mata Kuliah Wave and Tsunami

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Wave and Tsunami mengunjungi beberapa lokasi antara lain:

  1. Pantai Baru di Muara Kali Progo, terkait dengan sedimentasi di sekitar Muara, dan peran fungsi jeti di sekitar Muara untuk mempertahankan Muara Sungai agar tidak berpindah.
  2. Evacuation Building untuk Tsunami di Pantai Kuwaru. Bangunan evakuasi ditujukan untuk evakuasi sementara warga, di saat tsunami terjadi.
  3. Pantai Kuwaru, Pantai Samas (Muara Kali Opak) dan Pantai Depok terkait dengan sempadan pantai. Daerah sempadan pantai berubah2 terkait dengan perubahan garis pantai. Permasalahan nya adalah aktivitas masyarakat dan pemukiman yg berada di sempadan pantai yang seharusnya berada di 100-150 m dari pantai.
  4. Sekitar pantai Parangtritis. Ada 3 lokasi yg dikunjungi terkait shelter atau evacuation route di sepanjang pantai parangtritis. Yang pertama, di makam syeh maulana mahribi, bulak mabul, dan makam syeh bela belu. Ketiga lokasi tersebut sangat efektif untuk evakuasi sementara ketika tsunami terjadi di pantai parangtritis. Terletak 30-50 m diatas muka air laut.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Vulkanologi

Kegiatan Field Trip Mahasiswa MTPBA 2018 terkait mata kuliah Vulkanologi di beberapa tempat. Kunjungan pertama di BPPTKG Pusat Pemantauan Monitoring Gunung Merapi. Monitoring yg dilakukan terkait pengamatan seismik, deformasi dengan GPS dan Tiltmeter, pengamatan foto realtime, pengamatan kualitas udara dan abu vulkanik.

Kunjungan yg kedua adalah di Sabo DAM Kali Gendol bersama dengan pegawai BBWS Serayu Opak, kunjungan dilakukan dengan diskusi terkait proses konstruksi Sabo DAM dan mekanisme dari Sabo untuk menahan debris ketika bahaya lahar mengancam ketika hujan turun dan ada deposit. Kunjungan ketiga di Sabo dam Kali Kuning.

Kuliah Lapangan Coastal Zone Disaster Management 2018

Pelaksanaan kuliah lapangan mata kuliah Pengelolaan Bencana Daerah Pesisir (Coastal Zone Disaster Management) ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 03 November 2018, yang didampingi Dosen Pengampu Prof. Ir. Radianta Triatmadja, Ph.D. Rombongan berangkat dari kampus Teknik Sipil UGM pada pukul 06.56 WIB. Kuliah lapangan mengunjungi beberapa lokasi:

  1. Pukul 08.15 tiba di Pantai Pandansimo
    Kegitan yang dilakukan:
    a.Pengarahan dari Dosen yaitu Bapak Radianta mengenai Abrasi dan Akresi
    b.Observasi jarak Abrasi
    c.Observasi Lereng Pantai, Tinggi dan arah gelombang serta mengukur Wave Time Period.
    d.Diskusi dan tanya jawab.
  2. Pukul 08.15 tiba di Pantai Goa Cemara
    Kegitan yang dilakukan:
    a.Pengarahan dari Dosen yaitu Bapak Radianta mengenai Abrasi dan Akresi
    b.Observasi jarak Abrasi
    c.Observasi Rip Current dan Longshore Transport
    d.Diskusi dan tanya jawab.
  3. Pukul 12.41 tiba di Pantai Parang Tritis
    Kegitan yang dilakukan:
    a. Pengarahan dari Dosen yaitu Bapak Radianta mengenai Abrasi dan Akresi
    b. Observasi Sand Dune
    c. Observasi Isu permasalahan Pantai Parang Tritis.
    d. Diskusi dan tanya jawab.

Pukul 14.18 Wib Kegiatan Fieldtrip selesai dan kembali ke Kampus UGM. Tiba di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Pukul 15.51.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Sistem Peringatan Dini Banjir di Yogyakarta

Pelaksanaan kuliah lapangan mata kuliah Sistem Peringatan Dini Banjir ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2018 berangkat dari kampus pada pukul 07.30 WIB dengan urutan lokasi yaitu.

Pukul 08.01 WIB Tiba di Balai Litbang SABO

Balai Litbang Sabo, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementrian PUPR yang beralamat di Jalan Sabo No. 1 Sleman Yogyakarta,

Kegiatan yang dilakukan:

  • Sambutan dari Kepala Balai Litbang Sabo Bapak Ir. Dwi Kristianto, M.Eng.
  • Pemaparan dari Balai Litbang Sabo oleh Bapak Akhyar Musthofa mengenai Sistem Peringatan

Dini dan simulasi model banjir lahar berbasis data radar.

  • Diskusi dan tanya jawab.
  • Ramah tamah dan penutupan.

Pukul 09.43 WIB Berangkat dari Balai Litbang Sabo

Tiba di AWLR KU-RC3 Pukul 10.07 WIB, Stasiun pengamatan tinggi muka air sungai atau AWLR (Automatic Water Level Recorder) pada titik stasiun pengamatan KU-RC3.

Kegitan yang dilakukan:

  • Melihat Objek Alat AWLR secara langsung
  • Diskusi dan Tanya jawab dengan narasumber Bapak Robi sebagai Asisten Dosen.

Pukul 10.21 WIB Berangkat dari AWLR KU-RC3

Tiba di MGM Pukul 10.44 WIB. Museum Gunungapi Merapi yang beralamat di Jalan Kaliurang Km. 22 Sleman Yogyakarta.

Kegitan yang dilakukan:

  • Melihat peralatan sistem X-BAND MP RADAR
  • Melihat pengoperasian pengamatan pada ruang monitor.
  • Diskusi dan tanya jawab dengan narasumber bapak Robi sebagai Asisten Dosen.

Pukul 11.05 WIB Berangkat dari MGM

Tiba di ARR BO-Donoharjo Pukul 11.18 WIB, tasiun pengamatan hujan atau ARR (Automatic Rainfall Recorder) pada titik stasiun pengamatan BO (Donoharjo).

  • Melihat Objek Alat AWLR secara langsung
  • Diskusi dan Tanya jawab dengan narasumber Bapak Robi sebagai Asisten Dosen.

Field Trip Mata Kuliah Drought,Flood Debris Flow Risk Reduction dan Natural Disaster Damage and Loss Assessments

Field trip penunjang mata kuliah Drought,Flood, and Debris Flow Risk Reduction dan Natural Disaster Damage and Loss Assessments diikuti oleh Mahasiswa MTPBA angkatan 2017 yang didampingi oleh dosen Dr. Istiarto di Yogyakarta, 8 Mei 2018. Lokasi tujuan field trip kali ini adalah muara Sungai Progo yang terletak di dekat Pantai Trisik Kabupaten Kulon Progo, dan hilir Sungai Opak di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.

Lokasi kunjungan pertama di Pantai Trisik, peserta field trip diperlihatkan sistem penanggulangan banjir di hilir Sungai Progo dengan penggunaan pintu air, tanggul, dan bangunan pengarah aliran (jetty). Dr. Istiarto menjelaskan bagaimana kondisi dan proses awal pengendalian banjir di areal tersebut sampai dengan kondisi saat ini.

Lokasi kunjungan selanjutnya, peserta field trip diajak untuk melihat salah satu bangunan air untuk pengamanan jembatan Kretek di Kabupaten Bantul. Di lokasi ini, Dr. Istiarto menjelaskan proses terjadinya kerusakan bangunan air tersebut untuk kemudian selanjutnya dilakukan rehabilitasi.

Kuliah lapangan Earthquake Disaster Risk Reduction

Kuliah lapangan mata kuliah Earthquake Disaster Risk Reduction di laksanakan pada Sabtu, 5 Mei 2018 dengan total peserta 7 orang ( 5 mahasiswa dan 2 dosen).

Dosen pembimbing kuliah lapangan adalah:

  1. Prof. Dr. Ir. Subagyo Pramumijoyo, DEA.DIP.HRD.
  2. Gayatri Indah Marliyani

Rombongan Berangkat jam 07.00 pagi. berbagai situs yang dikunjungi adalah sebagai berikut:

  1. Tebing breksi (sleman, Yogyakarta) : mengamati Potensi rock fall melalui bidang kekar/sesar,
  2. Gantiwarno: mengamati dampak kerusakan akibat gempa Yogya 2006 dan efek sedimen lama terhadap amplifikasi gelombang gempa
  3. Bayat (klaten): Melihat patahan yang telah lalu,
  4. Rawa Jombor(Klaten): Tempat diendapkan material yg halus.

 

Kuliah Lapangan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor di Kab Magelang

Program Studi MTPBA Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan melaksanakan kegiatan fieldtrip pada 7 Mei 2018 yang merupakan bagian dari perkuliahan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor. Lokasi fieldtrip kali ini mengambil tempat di daerah Kabupaten Magelang yang telah diidentifikasi berpotensi terjadi gerakan tanah.

Peserta fieldtrip adalah mahasiswa dari program studi MTPBA dengan konsentrasi bencana kegempaan sebanyak 5 (lima) orang, ditambah mahasiswa dari program studi MTSB sebanyak 6 (enam) orang yang didampingi oleh dosen pengampu Prof. Faisal Fathani.
Perjalanan fieldtrip diawali dengan melakukan koordinasi di kantor BPBD Kabupaten Magelang, bersama dengan perwakilan dari BPBD, Tim Penilai dari BSN (Badan Standar Nasional), dan peserta fieldtrip. Setelah diskusi singkat, rombongan melanjutkan perjalanan ke lokasi pemasangan alat mitigasi bencana longsor di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Di Kecamatan Salaman terdapat 2 (dua) titik pemasangan alat mitigasi bencana longsor, yaitu di Dusun Kalisari Desa Margoyoso; dan Dusun Palungan Desa Sidosari.

Di kedua lokasi tersebut, Prof. Faisal bersama dengan Bapak Ikhwan (Tim Gama Multi) sedikit menjelaskan mengenai SNI tentang sub-sistem Sistem Peringatan Dini termasuk instrumen yang digunakan sebagai mitigasi bencana longsor. Di kedua lokasi tersebut pula, peserta fieldtrip diperkenalkan kepada Tim Siaga bencana longsor yang beranggotakan masyarakat di masing-masing dusun. Kelompok masyarakat tersebut merupakan tim kesiapsiagaan yang dipilih untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah daerah (BPBD) dan membantu masyarakat lainnya ketika petunjuk instrumen dari sistem peringatan dini memberikan sinyal bahaya pada tingkat level tertentu.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Coastal Zone Disaster Management

Yogyakarta, 25 November 2017. Field Trip yang merupakan salah satu rangkaian mata kuliah di MTPBA ini mengikutsertakan 24 mahasiswa dari 3 mata kuliah yang berbeda, yaitu 12 mahasiswa mata kuliah Wave and Tsunami, 7 mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster Management, dan 5 mahasiswa S2 T. Sipil pengairan (reguler). Prof. Radianta Triadmadja sebagai pengampu ketiga mata kuliah tersebut membawa serta seorang asisten sekaligus mahasiswa S3 program Doktoral.

Dalam fieldtrip kali ini, mahasiswa diajak melihat situasi dan kondisi lapangan langsung yang berada di selatan Yogyakarta, diawali dengan mengunjungi Pantai Kuwaru di Kabupaten Bantul. Di pantai tersebut Prof. Radianta menjelaskan tentang kejadian abrasi akibat gelombang pasang yang merusak beberapa bangunan di sepanjang pantai, selain itu dijelaskan juga salah satu penyebab terjadinya abrasi pantai yaitu karena suplai sedimen dari sungai yang masuk ke pantai berkurang sebagai pengaruh penambangan pasir di hulunya.

Lokasi selanjutnya yang dikunjungi yaitu Pantai Goa Cemara yang berada sekitar 5 km disebelah timur lokasi pertama. Di lokasi ini, Prof. Radianta menjelaskan terkait bagaimana proses longshore gelombang di pantai terjadi. Selain itu beliau juga menunjukkan kepada mahasiswa salah satu proses preparedness bencana tsunami, yaitu keberadaan vegetasi cemara serta keberadaan gumuk pasir (sand dunes).

Perjalanan Fieldtrip dilanjutkan menuju Pantai Parangtritis, dimana pada lokasi ini kunjungan dilaksanakan untuk melihat tiga lokasi perlindungan bahaya gelombang tsunami yang terletak di tiga titik perbukitan dengan ketinggian sekitar 30 mdpl. Lokasi tersebut yaitu, Makam Syekh Bela Belu, Makam Syekh Maulana Magribi, dan Tempat Pengungsian Bulak Mabul.
Lokasi Kunjungan terakhir dari Fieldtrip ini yaitu Pantai Drini yg terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi terakhir ini berada kurang lebih 60 km (1,5 jam perjalanan) disebelah Timur Pantai Parangtritis. Pada lokasi ini, Prof. Radianta bersama mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster melakukan uji coba terhadap lokasi di pantai yang diperkirakan terdapat Rip Current (arus berputar) dengan menggunakan metode sederhana menggunakan media plastik yg dilemparkan ke arah laut, untuk kemudian dilakukan observasi pergerakannya.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Field Training

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Field Training
Dosen pembimbing kuliah lapangan: Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D.
Peserta: mhs angkatan XVI/Agustus 2016

Kunjungan ke bantul bertujuan untuk meninjau lokasi banjir bandang diskitar kali opak. banjir bandang sebelumnya belum pernah terjadi di kawasan kali opak. bencana ini dipicu oleh adanya badai siklon cempaka.

Pengamatan dan kunjungan di fokuskan pada jembatan nambangan dan jembatan soka di kecamatan pundong yang mengalami kerusakan paling berat. jembatan gantung nambangan terbawa arus sungai yang meluap sampai ketinggian 18 meter dari dasar sungai.
banyak sekali perkebunan warga yg rusak di bantaran sungai. ketinggian luapan air sangat tinggi menyentuh tanggul. terjadi longsor pada bantaran sungai akibat arus air yg besar.

Tinjauan juga mencakup pengamatan pada perubahan struktur tanah di tepian sungai opak. tanah masih bertekstur lembut karena kandungan air pada tanah. Sisa jembatan nambangan yg masih terlihat adalah dua tiang yg masih berdiri dan beberapa tiang yg roboh. jembatan nambangan memiliki panjang 70m dari ujung ke ujung dengan struktur lantai jembatannya menggunakan plat lantai precast. tiap lantai precas memiliki panjang 10m dan lebar 1 m.

  

 

Kuliah Lapangan Vulkanologi Angkatan 2017

Pada 15 November 2017, pimpinan rombongan dan Dosen Pengampu mata kuliah Vulkanologi Dr. Ahmad Rifa’i mengikutsertakan mahasiswa MTPBA angkatan 2017 untuk melihat bentuk implementasi penanganan bencana gunung api langsung dilapangan. Field Trip diawali dengan kunjungan ke Kantor Sabo Training Center (STC) di Maguwoharjo Yogyakarta. Dalam kunjungan itu, rombongan disambut oleh PPK Penanganan Bencana Sedimen Ovi Anton Nugroho, S.Si, M. Eng bersama dengan Joko Cahyono dan Mr. Masaharu Mizoguchi yang merupakan konsultan Yachiyo Engineering.

Dr. Ahmad Rifa’i mengharapkan dalam kunjungan ini, mahasiswa mendapatkan bentuk implementasi ilmu mengenai Preventive Measure terkait penanganan bencana gunung api dengan studi kasus di Gunung Merapi. Selanjutnya, Joko Cahyono menjelaskan bahwa penanganan bencana gunung api salah satunya adalah dengan metode sabo system yang mana metode tersebut digunakan sebagai lahar control project.

Joko juga menyampaikan bahwa sabo system merupakan metode penanganan lahar gunung api yg dibawa oleh Jepang pertama kali di Indonesia pada tahun 1969 dan diterapkan pada Sungai Gendol pada tahun 1974. Mr. Mizoguchi menambahkan bahwa utk master plan penanganan sedimen Gunung Merapi telah mengalami beberapa perubahan (review) dari desain awal tahun 1980, kemudian diubah pada tahun 2001, dan terakhir pada tahun 2017. Perubahan terakhir didasarkan atas kejadian letusan Gunung Merapi yg terjadi pada tahun 2010 yang mengubah bentuk morfologi puncak Gunung Merapi dan mengalirkan lahar sampai dengan 15 km ke selatan melalui Kali Gendol. Dengan lingkup pekerjaan saat ini, diharapkan Sabo System pada masterplan tersebut dapat menampung sedimen lahar gunung merapi sebanyak 30% dr potensi sedimen lahar hasil perhitungan sekitar 2,1 juta meter kubik.

Di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, rombongan di sambut oleh salah satu pengelola sekaligus pengamat aktifitas Gunung Merapi, Usman. Usman menjelaskan sekilas bagaimana proses pengamatan aktifitas melalui rekaman alat, antara lain seismograf, thermal measurement, alat pengukur curah hujan, kamera pengawas, dan foto udara. Selain itu Usman juga menjelaskan bagaimana proses kejadian letusan Gunung Merapi saat 2010 yanlalu melalui rekaman seismograf, serta menjadi salah satu penentu peningkatan status kebencanaan Gunung Merapi.