Kuliah Lapangan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor di Kab Magelang

Program Studi MTPBA Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan melaksanakan kegiatan fieldtrip pada 7 Mei 2018 yang merupakan bagian dari perkuliahan Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor. Lokasi fieldtrip kali ini mengambil tempat di daerah Kabupaten Magelang yang telah diidentifikasi berpotensi terjadi gerakan tanah.

Peserta fieldtrip adalah mahasiswa dari program studi MTPBA dengan konsentrasi bencana kegempaan sebanyak 5 (lima) orang, ditambah mahasiswa dari program studi MTSB sebanyak 6 (enam) orang yang didampingi oleh dosen pengampu Prof. Faisal Fathani.
Perjalanan fieldtrip diawali dengan melakukan koordinasi di kantor BPBD Kabupaten Magelang, bersama dengan perwakilan dari BPBD, Tim Penilai dari BSN (Badan Standar Nasional), dan peserta fieldtrip. Setelah diskusi singkat, rombongan melanjutkan perjalanan ke lokasi pemasangan alat mitigasi bencana longsor di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Di Kecamatan Salaman terdapat 2 (dua) titik pemasangan alat mitigasi bencana longsor, yaitu di Dusun Kalisari Desa Margoyoso; dan Dusun Palungan Desa Sidosari.

Di kedua lokasi tersebut, Prof. Faisal bersama dengan Bapak Ikhwan (Tim Gama Multi) sedikit menjelaskan mengenai SNI tentang sub-sistem Sistem Peringatan Dini termasuk instrumen yang digunakan sebagai mitigasi bencana longsor. Di kedua lokasi tersebut pula, peserta fieldtrip diperkenalkan kepada Tim Siaga bencana longsor yang beranggotakan masyarakat di masing-masing dusun. Kelompok masyarakat tersebut merupakan tim kesiapsiagaan yang dipilih untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah daerah (BPBD) dan membantu masyarakat lainnya ketika petunjuk instrumen dari sistem peringatan dini memberikan sinyal bahaya pada tingkat level tertentu.

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Flood and Debris Flow (FDF)

Program studi MTPBA melakukan kunjungan lapangan kembali dalam rangkaian salah satu mata kuliahnya.

Pada tanggal 21 Februari 2018, dipimpin oleh Kepala Prodi MTPBA sekaligus dosen pengampu mata kuliah Flood and Debris Flow (FDF), Dr. Adam Pamudji, rombongan mahasiswa dengan konsentrasi kebencanaan air yang berjumlah 8 (delapan) orang melakukan kunjungan lapangan dengan ke Sungai Opak di Kabupaten Bantul. Dalam kunjungan lapangan ini, mahasiswa juga didampingi oleh Kepala Departemen Teknik SIpil dan Lingkungan yang juga sebagai dosen mata kuliah Drought, Flood, and Debris Flow Disaster Risk Reduction (DDRR), Prof. Joko Sujono.

Sebelum menuju lokasi kunjungan lapangan, rombongan mahasiswa dan dosen terlebih dahulu berkoordinasi dan mendengarkan paparan singkat dari pejabat di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Kementerian PUPR, yang kebetulan langsung disampaikan oleh Kepala Balai, Ir. Tri Bayu Aji dengan didampingi oleh PPK Sungai dan Pantai yang menangani Wilayah Sungai (WS) Opak-Oyo. Secara singkat Kepala Balai menjelaskan mengenai kejadian banjir pada tahun 2015 yang pernah terjadi di hilir Sungai Opak dan banjir tahun 2017 akibat adanya siklon badai cempaka yang mengancam keberadaan bangunan yang berada di sepanjang sungai tersebut. Kepala Balai juga memberikan informasi mengenai rencana pengendalian banjir di wilayah tersebut untuk mengurangi kerusakan akibat daya rusak air.

Setelah mendapatkan penjelasan yang disampaikan oleh Kepala Balai, rombongan mahasiswa MTPBA melanjutkan perjalanan menuju lokasi lapangan yang mengalami erosi akibat banjir yang berada di hilir SUngai Opak, didampingi oleh PPK Sungai dan Pantai bersama tim teknisnya. Saat dilapangan, mahasiswa dapat melihat langsung lokasi terdampak banjir dan kondisi terkini pasca kejadian banjir pada November 2017 yang merubah morfologi Sungai Opak di bagian hilir. Pihak BBWS Serayu Opak juga menunjukkan lokasi rencana pembangunan bangunan pengendali banjir yang berupa groundsill dan krib untuk mengurangi daya rusak air terhadap bangunan yang berada di hilirnya.

Lokasi kunjungan lapangan terakhir kali ini yaitu ke Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul untuk mendapatkan informasi dan penjelasan mengenai proses penanggulangan dan mitigasi kejadian bencana, khususnya di Wilayah Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta. Kunjungan ke BPBD tersebut disambut langsung oleh Kepala BPBD, Bapak Dwi Daryanto yang selanjutnya mendapatkan penjelasan mengenai penanganan tanggap darurat bencana di Kabupaten Bantul oleh Manajer Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalop) BPBD, Bapak Aka Lukluk Firmansyah. Dalam paparannya, Bapak Firman menjelaskan bagaimana proses penanganan kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Bantul pada November 2017 dari awal sistem peringatan dini bencana sampai dengan tindakan tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana.


Field Training MTPBA Students

Field Training
by: Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D.
MTPBA student batch XVI/August 2016

Department of Civil and Environmental Engineering conducted a visit to Bantul to observe the flood location at Opak river. Previously, there is no flood ever happened in Opak area. This disaster is triggered by the Cempaka cyclone that was recently happened.

Observations and visits were focused on Nambangan bridge and Soka bridge in Pundong, Bantul that suffered from the most damage. The Nambangan bridge collapsed because of heavy river flow to 18 meters above the riverbed. The plantations on the riverbank is also damage. The very high capacity of waterflow touched the embankment. There is a landslide on the river banks due to the water flow.

The observation also includes changes in soil structure of Opak river banks. The soil texture is still soft because of the water content in the soil. The remaining parts of the bridge that are still visible i.e. the two standing poles and several collapsed poles. Nambangan bridge has 70m length with its precast floor plate bridge floor structure. Each precast floor has a length of 10m and a width of 1 m.

  

Field Training: Coastal Zone Disaster Management

Yogyakarta, November 25, 2017. Field Trip, which is one of the course series in MTPBA, was followed by 24 students from 3 different subjects, i.e. 12 students from the course of Wave and Tsunami, 7 students form Coastal Zone Disaster Management course, 5 students form Civil Engineering irrigation course (regular). Prof. Radianta Triadmadja as the lecturer of the courses brings along with him an assistant and PhD student.

Students are invited to see directly the situation and field conditions in the south of Yogyakarta, started with visit to Kuwaru Beach in Bantul Regency. On the beach, Prof. Radianta explained about abrasion due to tidal waves that destroyed several buildings along the coast. He mentioned that one of the causes of coastal abrasion is a lower sediments supply from rivers that flow to the coast as the effect of sand mining in the upper area.

The next location is Goa Cemara Beach which is located about 5 km to the East from the first location. In this location, Prof. Radianta describes the longshore wave processes that occur on the coast. In addition, he showed to the students the existence of pine vegetation and the sand dunes as one of the tsunami disaster preparedness process.

Fieldtrip trip continues to Parangtritis Beach, where there are three tsunami hazard protection sites which are located in three hills with a height of 30 mdpl. That locations are, Tomb of Sheikh Bela Belu, Tomb of Sheikh Maulana Magribi, and evacuation camp of Bulak Mabul. The last location to be visited during this Fieldtrip is Drini Beach, which is located at Gunung Kidul Regency which is located approximately 60 km (1.5 hours) to the east of Parangtritis Beach. At this location, Prof. Radianta and student of Coastal Zone Disaster class conducted an experiment on estimation of Rip Current with a simple method by throwing out plastic to the sea, and then observe its movement.

 

Kuliah Lapangan Mata Kuliah Coastal Zone Disaster Management

Yogyakarta, 25 November 2017. Field Trip yang merupakan salah satu rangkaian mata kuliah di MTPBA ini mengikutsertakan 24 mahasiswa dari 3 mata kuliah yang berbeda, yaitu 12 mahasiswa mata kuliah Wave and Tsunami, 7 mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster Management, dan 5 mahasiswa S2 T. Sipil pengairan (reguler). Prof. Radianta Triadmadja sebagai pengampu ketiga mata kuliah tersebut membawa serta seorang asisten sekaligus mahasiswa S3 program Doktoral.

Dalam fieldtrip kali ini, mahasiswa diajak melihat situasi dan kondisi lapangan langsung yang berada di selatan Yogyakarta, diawali dengan mengunjungi Pantai Kuwaru di Kabupaten Bantul. Di pantai tersebut Prof. Radianta menjelaskan tentang kejadian abrasi akibat gelombang pasang yang merusak beberapa bangunan di sepanjang pantai, selain itu dijelaskan juga salah satu penyebab terjadinya abrasi pantai yaitu karena suplai sedimen dari sungai yang masuk ke pantai berkurang sebagai pengaruh penambangan pasir di hulunya.

Lokasi selanjutnya yang dikunjungi yaitu Pantai Goa Cemara yang berada sekitar 5 km disebelah timur lokasi pertama. Di lokasi ini, Prof. Radianta menjelaskan terkait bagaimana proses longshore gelombang di pantai terjadi. Selain itu beliau juga menunjukkan kepada mahasiswa salah satu proses preparedness bencana tsunami, yaitu keberadaan vegetasi cemara serta keberadaan gumuk pasir (sand dunes).

Perjalanan Fieldtrip dilanjutkan menuju Pantai Parangtritis, dimana pada lokasi ini kunjungan dilaksanakan untuk melihat tiga lokasi perlindungan bahaya gelombang tsunami yang terletak di tiga titik perbukitan dengan ketinggian sekitar 30 mdpl. Lokasi tersebut yaitu, Makam Syekh Bela Belu, Makam Syekh Maulana Magribi, dan Tempat Pengungsian Bulak Mabul.
Lokasi Kunjungan terakhir dari Fieldtrip ini yaitu Pantai Drini yg terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi terakhir ini berada kurang lebih 60 km (1,5 jam perjalanan) disebelah Timur Pantai Parangtritis. Pada lokasi ini, Prof. Radianta bersama mahasiswa mata kuliah Coastal Zone Disaster melakukan uji coba terhadap lokasi di pantai yang diperkirakan terdapat Rip Current (arus berputar) dengan menggunakan metode sederhana menggunakan media plastik yg dilemparkan ke arah laut, untuk kemudian dilakukan observasi pergerakannya.