Field Training on Volcanology, batch 2017

Field training for MTPBA students on implementation of volcanic disaster mitigation was held on November 15, 2017, with Dr. Ahmad Rifa’i, the lecturer of related course subject. Field Trip started at the Sabo Training Center (STC) in Maguwoharjo Yogyakarta. During the visit, the group was welcomed by Deputy of Sediment Disaster Management Crisis Center, Ovi Anton Nugroho, S. Si, M. Eng, Mr. Joko Cahyono, and Mr. Masaharu Mizoguchi as the consultant of Yachiyo Engineering.

In this field training, students were expected to know how is the implementation on Preventive Measure related to the mitigation of volcanic disaster, with a case study in Mount Merapi. Furthermore, Mr. Joko Cahyono explained that mitigation of volcano disaster could be conducted by Sabo system method as lava control project. Sabo system is a method of volcanic lava hazard mitigation from Japan, which was initially implemented in Indonesia in 1969, then it has been applied in Gendol River since 1974.

Mr. Mizoguchi stated that the master plan for sediments hazard mitigation of Mount Merapi has been reviewed since the early 1980s design, then it has changed in 2001 and 2017. The latest review is conducted based on the 2010 Mount Merapi eruption that changed the peak morphology of Mount Merapi and the lava flown up to 15 km to the south through Kali Gendol. With the current scope of work, the Sabo System is expected to accommodate the volcano sediment of Mount Merapi up to 30% from calculation of potential volcano sediment of 2.1 million cubic meters.

At Mount Merapi Observation Post (PGM) of Kaliurang, the group was welcomed by one of the Managers, who also serves as the observers of Mount Merapi activities, Mr. Usman. He explained briefly the observation activity with recording tools, such as seismographs, thermal measurement, rain gauges, surveillance cameras, and aerial photographs. In addition, He also explained the process of Mount Merapi eruption in 2010 through seismograph recordings, which became one of tools to determine status of alert for Mount Merapi.

Kuliah Lapangan Vulkanologi Angkatan 2017

Pada 15 November 2017, pimpinan rombongan dan Dosen Pengampu mata kuliah Vulkanologi Dr. Ahmad Rifa’i mengikutsertakan mahasiswa MTPBA angkatan 2017 untuk melihat bentuk implementasi penanganan bencana gunung api langsung dilapangan. Field Trip diawali dengan kunjungan ke Kantor Sabo Training Center (STC) di Maguwoharjo Yogyakarta. Dalam kunjungan itu, rombongan disambut oleh PPK Penanganan Bencana Sedimen Ovi Anton Nugroho, S.Si, M. Eng bersama dengan Joko Cahyono dan Mr. Masaharu Mizoguchi yang merupakan konsultan Yachiyo Engineering.

Dr. Ahmad Rifa’i mengharapkan dalam kunjungan ini, mahasiswa mendapatkan bentuk implementasi ilmu mengenai Preventive Measure terkait penanganan bencana gunung api dengan studi kasus di Gunung Merapi. Selanjutnya, Joko Cahyono menjelaskan bahwa penanganan bencana gunung api salah satunya adalah dengan metode sabo system yang mana metode tersebut digunakan sebagai lahar control project.

Joko juga menyampaikan bahwa sabo system merupakan metode penanganan lahar gunung api yg dibawa oleh Jepang pertama kali di Indonesia pada tahun 1969 dan diterapkan pada Sungai Gendol pada tahun 1974. Mr. Mizoguchi menambahkan bahwa utk master plan penanganan sedimen Gunung Merapi telah mengalami beberapa perubahan (review) dari desain awal tahun 1980, kemudian diubah pada tahun 2001, dan terakhir pada tahun 2017. Perubahan terakhir didasarkan atas kejadian letusan Gunung Merapi yg terjadi pada tahun 2010 yang mengubah bentuk morfologi puncak Gunung Merapi dan mengalirkan lahar sampai dengan 15 km ke selatan melalui Kali Gendol. Dengan lingkup pekerjaan saat ini, diharapkan Sabo System pada masterplan tersebut dapat menampung sedimen lahar gunung merapi sebanyak 30% dr potensi sedimen lahar hasil perhitungan sekitar 2,1 juta meter kubik.

Di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, rombongan di sambut oleh salah satu pengelola sekaligus pengamat aktifitas Gunung Merapi, Usman. Usman menjelaskan sekilas bagaimana proses pengamatan aktifitas melalui rekaman alat, antara lain seismograf, thermal measurement, alat pengukur curah hujan, kamera pengawas, dan foto udara. Selain itu Usman juga menjelaskan bagaimana proses kejadian letusan Gunung Merapi saat 2010 yanlalu melalui rekaman seismograf, serta menjadi salah satu penentu peningkatan status kebencanaan Gunung Merapi.